Labels

Monday, March 12, 2018

Review Film : 5 Cm Persecond(2007)









Belakangan saya lagi gandrung nonton film-film lama yang kesimpan di komputer. Ada satu film yang dari judulnya saya langsung pengen menonton lagi, 5cm persecond. Anime dengan visualisasi yang sangat indah,cerita yang menghancurkan hati,dan ost nya yang sama sedih dengan cerita filmnya. Barangkali bagi saya pribadi hanya 5cm persecond,grave of fireflies dan rurouni kenshin:tsuiokuhen anime yang ceritanya membuat saya berkaca-kaca. Jika grave of fireflies dan tsuiokuhen kesedihannya tidak terlalu nampak nyata di kehidupan sehari-hari,5cm persecond seperti menempatkan diri saya sendiri menjadi salah satu karakter yang ada di anime tersebut. Dan respon semacam ini umumnya saya dapatkan di pengakuan-pengakuan mereka yang telah menonton 5cm persecond,bahwa kisah dalam film tersebut sangat dekat bahkan mungkin dialami oleh kita sendiri.


 Benar sekali,anime 5cm persecond memang mempunyai tema sederhana dan kisah yang dialami karakter-karakter didalamnya bisa dialami siapa saja. Sebuah kisah tentang bagaimana seseorang yang tidak bisa melupakan bayang-bayang masa lalu bernama cinta pertama. Disamping kisah seorang yang gagal move on, film ini juga membahas tentang bagaimana sakitnya cinta terpendam yang tak bisa diungkapkan. Benar-benar menyentuh sisi kehidupan tiap orang bukan?? Dan hebatnya dari 5cm persecond adalah,kisah padat tersebut bisa disajikan dalam durasi satu jam lebih sedikit. Dan satu jam itu adalah waktu yang memberikan penonton pengalaman galau yang nggak habis-habis,termasuk pada penulis sendiri.hahahaha. iya saya sendirj sampai seminggu galau terus-terusan gara-gara menonton anime ini. Endingnya itu lho, bikin syok banget! 


Sinopsis:

 5cm persecond dibagi menjadi 3 chapter, Oukashou, cosmonaut dan chapter terakhir yang mengaduk-aduk hati,5cm persecond. Chapter pertama menceritakan tentang persahabatan dua anak SD yang sama-sama murid pindahan dan sama-sama suka menghabiskan jam istirahat di perpustakaan, Takaki tohno dan shinohara Akari. Karena kesamaan tersebut mereka jadi dekat, bahkan teman-teman mereka menganggap mereka berdua pacaran(anak kelas 6 SD sudah pacaran,kids jaman old until now).Tapi tak dinyana,saat kelulusan Akari pindah rumah mengikuti kedua orang tuanya. Hubungan Akari dan Takaki berlanjut lewat surat menyurat. Chapter ini berakhir dengan pertemuan mereka berdua setelah perjuangan menerjang badai salju dan terjadilah first kiss antara Takaki dan Akari. Dan janji mereka berdua menutup chapter pertama ini.


 Chapter kedua bersetting beberapa tahun setelah kejadian di chapter pertama. Kali ini berpusat pada kisah Akane Sumida, teman satu kelas Tohno di SMA yang telah jatuh hati pada Tohno sejak pertama bertemu. Biarpun memendam perasaan terhadap Tohno Akane merasa bahwa Tohno selalu menerawang jauh entah kemana, sehingga keberadaannya bagi Tohno tidak berarti apapun. Dan sampai akhir chapter Akane tetap memendam perasaannya terhadap Tohno.


 Chapter ketiga,5cm persecond berkisah tentang kehidupan masing-masing tokoh dimana mereka semua telah dewasa. Takaki Tohno telah berumur 27 tahun dan baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai progammer disebuah perusahaan. Akari telah bertunangan dengan seseorang, sedangkan Kanae masih berada di kampung halamannya(diperlihatkan sekilas). Bagaimanapun, Chapter pamungkas inilah yang mengungkapkan perasaan sesungguhnya dari Tohno dan Akari,serta penggenapan janji mereka ‘untuk bersama-sama melihat sakura gugur’ walaupun dalam keadaan berbeda.  

REVIEW:

 Dengan plot sederhana, pencipta anime ini Makoto Shinkai berhasil dengan sukses menyajikan film yang sangat dekat dengan para penontonnya. Itu yang saya rasakan sendiri saat menonton film ini, sehingga setelah selesai masih terbayang-bayang aja ini film. Jualan film ini memang rerata adalah kesedihan, namun kesedihan yang ditawarkan cerita ini bukan model film-film lain yang begitu klise, yang jatuhnya jadi berlebihan. 5cm persecond ditutup dengan adegan lewatnya kereta api,sederhana namun bagi yang paham ceritanya betul-betul sebuah shock yang efeknya jadi kepikiran berhari-hari. Setidaknya itu yang saya baca dari komentar-komentar penontonnya di satu forum. 5cm persecond dari ketiga chapter didalamnya, pada intinya menceritakan tentang LDR, cinta yang bertepuk sebelah tangan dan cinta yang jadi kenangan. Dengan setting tahun 90an dichapter satu dan dua serta 2000an awal di chapter ketiga, film ini seolah mempunyai pesan bahwa terkadang jarak yang memisahkan menjadi sangat berpengaruh pada hubungan sepasang manusia. Adanya aktivitas kehidupan masing-masing akan menjadikan semakin jauhnya hubungan mereka. Itu yang terjadi pada Akari dan Tohno. Setelah lama saling berkirim surat, mereka akhirnya berhenti sendiri karena sudah semakin sedikitnya topik pembicaraan yang bisa mereka tulis, dan ini realistis sekali.  Disamping itu, dalam film ini juga tersirat bahwa life must go on, hidup terus berjalan walau dalam perjalanannya kita mungkin kehilangan sesuatu. Dan kemana arah hidup kita, kita sendiri yang memilih. Itu yang dilakukan oleh Akari maupun Tohno, dimana Akari memilih untuk move on dan akhirnya bahagia dengan orang lain sedangkan Tohno tetap terjebak dalam bayang-bayang masa lalu bersama Akari. Ironisnya, Tohno memulai hidup barunya setelah dia berpapasan tak sengaja dengan Akari di persimpangan kereta api, tempat mereka berjanji akan melihat sakura berguguran belasan tahun silam. Dan inilah bagian asemnya dari ni film, saat seharusnya mereka akhirnya bisa bertatapan muka, kereta api melintas menghalangi pandangan masing-masing. Benar-benar menyebalkan,huaaa...!  Sinematografi film ini jadi salah satu nilai plus. Indah sekali dan sangat detail, sudah mirip seperti foto saja, ciri khas dari sang kreator makoto shinkai. Gambar langit, landscape pantai sampai pemandangan kota level wallpaper kualitas HD semua! Sangat memanjakan mata. 


Bening dan memanjakan mata

Dan jangan lupakan juga scoringnya yang betul-betul pas dengan adegan dalam film. Permainan piano dari penata musiknya, Tenmon sangat indah namun menghancurkan hati. Khususnya pada themesong ‘end theme’, dan puncaknya ada pada ost nya ‘one more time one more chance’  dari masayoshi yamazaki yang liriknya menggambarkan keseluruhan cerita pada film, terutama perasaan dari Takaki Tohno(lagu one more time one more chance sendiri diciptakan yamazaki untuk mengenang kekasihnya yang meninggal karena gempa). bagian akhir film dibalut one more time one more chance+end theme, sukses bikin mewek, dan saya serius.

Dan Akhirnya kereta lewat benar-benar menjadi perpisahan terakhir merekašŸ˜¢

  Director : Makoto ShikaiRelease : 2007Rating : 9/10


Bonus Ost nya nih :


Jangan Lupa  Ending themenya :



No comments:

Review Manga One Piece Chapter 930 : Kota Ebisu

Chapter yang penuh intrik. Ada banyak hal tersirat yang bisa kita kupas di chapter ini. Yuk kita kupas