Labels

Tuesday, February 27, 2018

REVIEW CITY LIGHTS(1931) : A Comedy Romance in Pantomime



Era keemasaan film bisu memang sudah lama berlalu,tergerus oleh film bersuara sejak hampir seabad lalu. Namun banyak diantara karya sineas film bisu tetap abadi dan dikenang sampai sekarang, beberapa diantaranya malah disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibuat manusia. Seperti film yang saya review ini, film karya sineas nyentrik mendiang charles chaplin berjudul City Lights yang release tahun 1931, 87 tahun yang lalu. Tentu saja dilihat dari tahun releasenya, semua kru yang terlibat dalam pembuatan film ini sudah berpulang ke alam baka. Dari Charles Chaplin sendiri yang meninggal tahun 1977 lalu dan lawan mainnya si cantik virginia cherrill yang wafat di tahun 1995. Semua krunya memang telah tiada, namun film mereka ini terus dinikmati generasi berikutnya sepanjang hampir satu abad dan akan terus begitu ditahun-tahun mendatang seiring dengan bertambahnya penikmat film klasik.

Banyak kritikus film yang  menyebut film ini adalah karya terbesar Chaplin, yang secara ajaib lahir di era munculnya film bersuara yang menyingkirkan film bisu. Sebagai bentuk sindiran terhadap film bersuara, Chaplin bahkan mengejek film bersuara didalam City Lights diawal film, dengan membawakan karakter yang bersuara, namun terdengar seperti suara kodok...eh bebek. Bagi chaplin, keindahan dan makna sebuah film  dikeluarkan lewat seni pantomim. Dia terus memegang prinsip ini sampai akhirnya kecanggihan teknologi dan seiring turun pamornya film bisu membuatnya luluh sehingga diapun  memproduksi  The Great Dictator(1940 ) film bersuara pertamanya.


SINOPSIS:

Chaplin yang  kembali hadir sebagai The Tramp, gelandangan yang mempunyai etiket pria terhormat terbangun diatas patung yang  sedang diresmikan oleh warga kota. Tentu saja ini menimbulkan kekacauan dan mas Tramp terpaksa menyingkir setelah  beberapa adegan konyol berlangsung. Saat menyingkir itulah The Tramp bertemu dengan seorang gadis buta penjual bunga  yang cantiknya tumpeh-tumpeh, diperankan oleh virginia cherrill. Tramp yang membeli bunga dari sigadis buta,disalahpahami oleh si gadis bahwa ia lelaki tampan kaya nan baik hati. Usut punya usut, si gadis buta ternyata tinggal bersama neneknya di sebuah apartemen sederhana. Ia hanya gadis miskin yang rupanya terancam diusir dari kontrakan karena menunggak  membayar,namun punya sebuah gramophone,alat putar musik jaman baheula. Mas Tramp yang baik tidak tinggal diam. Sementara dia menjalani persahabatan aneh dengan milyarder mabuk (Harry Myers )yang mengenalinya hanya saat teler, dia berikhtiar sekuat tenaga untuk menolong sang gadis buta dari kesulitan hidup yang menghimpit.

Eneng : "Akang orang kaya tapi kok bau kandang ayam yak"
Akang : "Asem lu neng"


REVIEW:

Mengusung tema “A Comedy Romance in Pantomime” City Light tampil dengan memukau sesuai dengan tema diatas. Perpaduan sempurna antara humor slapstick yang  membikin nyengir dan roman yang menyentuh. Humor slapstick yang lekat dengan kesiakan-kesialan semisal jatuh dan lainnya ditunjukkan secara elegan dan tidak murahan. Apalagi dibagian scene adu tinju bayaran yang heboh itu!  Tak bisa dilewatkan begitu saja tanpa tawa. Dan jika kita jeli, sebenarnya adegan tinju tersebut memuat koreografi yang indah-dimana Chaplin dan lawan tandingnya ‘main petak umpet’ diantara wasit dan adegan bel tinju yang kocak.

Adapun cerita, pada dasarnya cerita City Lights dibuat sebagai pengantar adegan-adegan humor slapsticknya dan  lumayan klise,dimana secara gambaran umum ada seorang pria dengan segala daya dan upayanya berkorban demi wanita yang dicintainya. Namun dibalik ke klise-annya ini, City Lights digarap dengan hati dan itu yang membuatnya tetap berkesan ditonton bahkan setelah 87 tahun perilisan film ini. Yap, film ini mempunyai hati. Cerita cinta sederhana yang menyentuh, dan persahabatan antara the Tramp dengan si milyarder mabuk yang diwarnai rasa pamrih. Ini rasanya bisa dengan mudah dinikmati kalangan manapun.

Kisah cinta antara The Tramp dengan si gadis buta memang sederhana namun ditampilkan secara klasik dan menyentuh. Kisah cinta manis dan tulus yang dimulai dari salah paham yang membikin nyengir, dilanjutkan dengan kisah perjuangan si pria demi si wanita. Semua ditampilkan secara hangat dan sederhana, tidak ada kesan lebay seperti film-film cinta picisan jaman sekarang. Berbicara tentang kisah cintanya, Film ini diakhiri dengan ending yang sangat mengharukan. Sumpah, saya sendiri menangis dengan adegan terakhirnya ini, yang disebut-sebut sebagai “sepotong akting paling hebat yang pernah direkam seluloid.” Dan saya yakin setiap penyimak film ini yang dari awal melihat perjuangan The Tramp akan meneteskan air mata saat melihat adegan  5 menit terakhir ini. Akting mereka dalam kebisuan sangat top... !   bagaimana the tramp tersenyum pahit,  bahagia  melihat gadis pujaannya telah sukses karena usahanya,sementara keadaan the tramp sangat menyedihkan. Ditambah akting sang gadis yang meyakinkan sekali saat dia menyadari siapa gelandangan didepannya. Dan 5 menit terakhir yang mengharukan tersebut dipamungkasi dengan ekspresi luar biasa The Tramp, ekspresi bahagia bercampur keterkejutan dan kesedihan yang susah diungkapkan dengan kata-kata, begitu indah sebagai ending film. Mungkin salah satu ending film terindah yang pernah saya tonton.

Ekspresinya manaaaaa.....


Film ini mungkin takkan jadi sehebat ini jika bukan ditangani chaplin sendiri. Jadi Disamping sebagai pemeran utama film, chaplin juga memegang posisi sebagai sutradara,produser,penulis naskah,editor dan bahkan penata musik! Kurang hebat apalagi coba. Dan scoring city light yang dibikin chaplin bukanlah kelas ecek-ecek,melainkan scoring-scoring indah yang sangat sesuai dengan scene film dan membuat adegan-adegan film berasa lebih berjiwa dan hidup. Mengingat bagaimana masih sederhananya teknologi mixing saat itu(jaman kakek buyut coy!) ini adalah sebuah bukti kejeniusan chaplin dan multitalent nya.
Bagi yang ingin memulai menonton film era bisu,film ini bisa jadi pilihan pertama. Sebagian karena ringan dan mudah dicerna sebagian juga karena ini adalah salah satu karya terbaik charlie chaplin. Ini lebih baik daripada semisal ente langsung mencoba film bisu surealis model metropolis(1925) yang sulit dicerna. Yang lain, perasaan setelah menonton film ini,seperti diaduk-aduk. Overall, city light adalah karya charlie chaplin yang mantap suratap.

Score review:
8.5/10

No comments:

Review Manga One Piece Chapter 930 : Kota Ebisu

Chapter yang penuh intrik. Ada banyak hal tersirat yang bisa kita kupas di chapter ini. Yuk kita kupas